Jumat, 18 Januari 2013

Pawang Hujan

Pawang Hujan
 Kisah Pawang Hujan; Lempar Kolor, Hujan Molor
bangkalan--penampilannya jauh dari elegan. celana pendek sedengkul serta pakaian koko agak kusam seolah baju favoritnya. tidak seorang lalu akan mengira, mat tilyas, 60 th., mempunyai kekuatan yang tidak biasa : pawang hujan.

rabu 16 januari 2013 sore, di rumahnya yang sederhana serta asri, di desa jaddih, kecamatan socah, kabupaten bangkalan, ayah dua anak ini tengah menyembuhkan anak kecil yang terus nangis meronta-ronta dikarenakan sakit gigi. ngobatin sakit gigi juga, pijat juga, tuturnya pada tempo. co menjelaskan dua keahlian lain tak hanya pawang hujan.

sesudah sang pasien pulang, tilyas pergi sesaat, sejurus lantas datang membawa sesuatu sapu lidi. ini mungkin saja alat pengalih hujan, paparnya sembari tersenyum. memanglah kurang dapat di terima akal sehat, namun tersebut misteri kepercayaan seorang pawang hujan. tak hanya sapu lidi, tilyas menajurkan sarang semut pohon sampai celana kolor wanita dapat jadikan alat pengalih hujan. benda apapun mungkin saja alat.

bagaimana sapu lidi dapat menunda hujan ? menurut tilyas, sapu lidi pasti tidak dapat menunda hujan. yang dibutuhkan seorang pawang yaitu ritual yakni memperbanyak zikir serta berdoa kepala tuhan yang maha esa. namun, doa serta dzikir ini tidak bertuah, bila sang pemohon tidak meyakini pada pawangnya. bila pemohon tidak meyakini, tak lagi sukses, mesti meyakini, itu kuncinya, tuturnya lagi.

pengetahuan pawang hujan tilyas didapat dengan studi. awalnya berawal dari kegiatannya di teater desa. tilyas studi pengetahuan gendam spesial menarik banyak pemirsa datang melihat pertunjukannya. dari pengetahuan gendam inilah, berkembang ke pawang hujan, memijat gunakan tenaga didalam sampai menyembuhkan sakit gigi gunakan air putih. supaya ilmunya ampuh, seorang pawang mesti melatih kebatinan dengan beribadah. walau baca surat fatihah, tapai bila hati bersih, tentu lantas mantra yang ampuh, jelasnya.

di musim hujan layaknya sekarang ini. layanan mat tilyas benar-benar sangat diperlukan terlebih untuk acara selamatan yang mengundang beberapa orang. bila tengah mengatasi pasien hujan, mat tilyas tidak keluar rumah sampai acara di rumah pasiennya selesai. dia selalu memanjatkan doa pada yang maha kuasa. dia akan menghendaki sang pemohon tidak mandi seharian penuh dan menyalakan dupa. dupa tidak bisa mati sampai hajatannya selesai. hati pawang itu mesti bersih, tidak bisa sombong terlebih takabur, tuturnya.

masalah tarif pawang, tak ada patokan. namun tilyas senantiasa membiasakan diri terima bayaran di belakang sesudah hajatan berhasil. upah yang diterimanya beragam pada rp 50 sampai 100 perorang. bila berhasil saya terima dibayar, bila gagal tak perlu bayar, ungkapnya.

walau demikian, tilyas tidak ingin jadikan keahliannya ini sebagai sumber mata pencaharian utama. karena itu dia juga jadi tukang pijat, menyembuhkan sakit gigi, bertani sampai jadi kuli. bila ngandalkan upah pawang, kurang, cuma sampingan saja, tuturnya.

menurut tilyas, seluruh orang dapat jadi pawang hujan. perihal ini searah dengan yang dihadapi halimatus, 25 th.. warga desa jekan, kecamatan socah. didalam dunia pawang, anak pertama diakui mempunyai kekuatan otomatis jadi pawang. halimatus telah membuktikannya.

saat menikah pada 2006 silam, bertepatan dengan musim hujan. supaya tamu undangan terus datang, ibunya memintanya melempar celana dalamnya ke atap rumah serta ajaib mendung mendadak sirna, hujan baru turun sesudah acar selesai. saya tidak bisa mandi seharian, saya juga berdoa didalam hati setiap waktu, tuturnya pada tempo.

kesuksesan menunda hujan pertama kalinya itu, bikin halimahtus banyak tetamu. tetapi dia menampik. saya cuma akan pakai keahlian ini untuk hajatan keluarga sendiri, ucap wanita dua anak ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar